PENGANTAR METODE GRAVITASI
Metode gravitasi adalah metode penyelidikan geofisika yang didasarkan
pada variasi percepatan gravitasi di permukaan bumi. Variasi nilai percepatan
gravitasi tersebut disebabkan leh distribusi densitas yang tidak merata dan dipengaruhi
oleh posisi titik amat di permukaan bumi (Oktobiyanti, 2009).
Dalam metode gravitasi besaran fisis yang terukur adalah percepatan gravitasi bumi. Data percepatan
gravitasi kemudian diolah untuk memperoleh anomali percepatan gravitasi bumi. Anomali
percepatan gravitasi diakibatkan olehperbedaan massa jenis atau struktur
geologi (besaranfisis berupa rapat massa, kedalaman, volume/struktur)(Wahid,
2013).
Hukum
dan Medan Gravitasi
Isaac Newton (1687) menerangkan bahwa benda jatuh bebas adalah kasus
khusus mengenai gravitasi. Teori dasar yang digunakan dalam metode gravitasi
adalah Hukum Newton entang gaya tarik-menarik antara dua massa, dimana besarnya
gaya antara dua massa m1 dan m2 yang terpisah dengan jarak r adalah (Telford
et.al., 1990):
dimana F
adalah gaya (Newton), r adalah jarak antara dua massa benda (meter), m1 dan m2
adalah massa masing-masing benda (kg), dan G adalah konstanta gravitasi
universal (6,67 x 10-11 Nm2/kg2).
Gaya per satuan massa dari suatu partikel m2 yang mempunyai jarak r dari
m1 disebut sebagai medan gravitasi dari partikel m1, yang dapat dinyatakan
sebagai:
Karena medan gravitasi ini bersifat konservatif, maka
medan gaya berat dapat ditulis sebagai gradien suatu fungsi potensial scalar
U(r), sehingga persamaan di atas dapat dituliskan menjadi:
dimana adalah potensial gravitasi dari massa m1
Potensial gravitasi di suatu titik pada ruang bersifat
penjumlahan, sehingga potensial gravitasi dari suatu distribusi massa yang
kontinu pada suatu titik di luar distribusi massa tersebut dapat diselesaikan
dengan menggunakan integral. Apabila massa yang kontinu mempunyai rapat massa
di dalam volume V, maka potensial di suatu titik P di luar V seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1 adalah:
Gambar 1.1 Potensial gravitasi pada titik P di
permukaan bumi akibat distribusi massa yang kontinu di bawah permukaan (Telford
et.el, 1990).
Jika integral volume diambil untuk seluruh volume
bumi, maka diperoleh potensial gravitasi di permukaan bumi. Sedangkan medan
gravitasinya diperoleh dengan cara mendeferensialkan potensial gravitasi
tersebut:
Medan
gravitasi bumi lebih sering disebut sebagai percepatan gravitasi atau
percepatan jatuh bebas, dan diberikan simbol g. Berdasarkan persamaan di
atas, nilai medan gravitasi bumi dapat dinyatakan dengan persamaan:
Dari
persamaan di atas, nilai medan gravitasi di permukaan bumi adalah bervariasi. Nilai medan gravitasi bumi
dipengaruhi oleh posisi lintang, bujur dan ketinggian serta distribusi massa di
bawah permukaan yang dinyatakan sebagai fungsi dari rapat massa (density)
benda bawah permukaan dan bentuk bumi seperti ditunjukkan dengan batas
integral. Nilai medan gravitasi juga tergantung dari bentuk bumi yang
sebenarnya dan volume distribusi massa di dalam bumi yang dinyatakan sebagai
fungsi dari rapat massa
Dalam survei geofisika, nilai medan gravitasi hasil
pengukuran diberikan satuan gal, dimana 1 gal = 10-5
m/det2. Namun data anomali medan gravitasi yang terukur di lapangan
umumnya sangat kecil, dalam kisaran miligal.
perbedaan kerapatan massa batuan bawah permukaan berakibat terjadinya perbedaan nilai medan gravitasi antara satu titik terhadap titik lain di atas permukaan bumi, yang disebut anomali medan gravitasi.
dimana: Dg(l,J,h)
adalah anomali medan gravitasi
gobs(l,J,h)
adalah medan gravitasi observasi
gteori(l,J,h) adalah medan gravitasi teoritis
Alat Survei Gravitasi
Penentuan Titik Ikat
Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu
menentukan dan membuat titik ikat di
lapangan. Titik ikat ini diperlukan sebagai tempat looping dalam
pengukuran, yaitu pengukuran dimulai dari titik ikat dilanjutkan ke titik-titik
ukur yang lain dan kembali lagi ke titik ikat.
Cara pengukuran looping ini dimaksudkan untuk mereduksi efek apungan (drift)
dari gravitymeter. Koreksi ini dianggap linier terhadap waktu untuk jangka
waktu yang relatif pendek (beberapa jam).
Akuisisi Data Gravitasi
Untuk menentukan posisi titik-titik ukur dilakukan
secara diferensial menggunakan GPS diferensial. Dalam penentuan posisi ini
diperlukan dua buah receiver, dimana satu buah receiver ditempatkan di base
station, sedangkan receiver yang lain dibawa ke titik-titik pengukuran.
Hal yang harus diperhatikan adalah melakukan kalibrasi
alat dan menentukan titik acuan (base station) sebelum melakukan pengambilan
data gaya berat di titik-titik ukur lainnya. Mencari besarnya harga medan
gravitasi suatu base station (titik acuan) pengukuran dapat dilakukan dengan
persamaan :
Gbs = gref +
(Gpembacaan bs + Gpembacaan ref)
Keterangan : Gbs = harga medan gravitasi base station
Gref = harga medan gravitasi titik referensi
Gpembacaan bs = harga pembacaan gravitasi di base
station
Gpembacaan ref = harga pembacaan gravitasi di titik
referensi
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan bersamaan dengan penentuan posisi. Jarak
antar titik pengukuran berkisar antara 1 – 3 km atau disesuaikan dengan luas
lokasi survei. Adapun yang perlu dicatat
dalam pengukuran ini adalah hasil pembacaan gravitymeter, skala, tinggi alat,
waktu, posisi titik ukur yang meliputi bujur, lintang dan elevasi.
Pengolahan Data
Pengolahan data dalam metode gravitasi meliputi
tahapan-tahapan:
·
konversi
hasil pembacaan gravitymeter ke nilai milligal
·
koreksi
tinggi alat, koreksi drift (apungan)
·
koreksi
pasang surut
·
koreksi
gravitasi normal
·
koreksi
udara bebas (free-air correction)
·
koreksi
Bouguer.
Sampai pada tahapan ini diperoleh nilai anomali
Bouguer sederhana pada topografi.
Selanjutnya dilakukan Koreksi Medan (terrain
correction) dan hasilnya diperoleh anomali Bouguer lengkap di topografi.
Untuk keperluan interpretasi lebih lanjut nilai
anomali Bouguer lengkap yang masih terpapar pada topografi harus dibawa ke suatu bidang datar tertentu dengan cara
melakukan proyeksi ke bidang datar.
Tahap selanjutnya adalah pemisahan Anomali Regional
terhadap anomali Bouguer lengkap yang sudah terpapar pada suatu bidang datar
tertentu. Beberapa metode yang dapat
digunakan adalah:
• metode
kontinuasi ke atas (upward continuation)
• metode
pencocokan polinomial (polynomial fitting)
Koreksi Data Dalam
Metode Gravitasi
Dalam pengukuran metode
gravitasi, percepatan gravitasi yang diukur tidak hanya berasal dari densitas
yang dipengaruhi oleh anomali saja, tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi
data percepatan gravitasi yang diukur, diantaranya yaitu efek variasi waktu.
Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhi nilai pengukuran gravitasi,
maka perlu dilakukan koreksi-koreksi didalam proses pengolahan data.
·
Koreksi
Baca Alat (skala)
Ketika kita melakukan pengukuran
terkadang terjadi kesalahan saat pembacaan alat, kesalahan pembacaan alat ini
dinamakan dengan koreksi baca alat atau skala. Rumus umum dalam pembacaan alat
dapat ditulis sebagai berikut :
Read (mGal) =
((Read (Scale) – Interval) x (Counter Reading) + Value in mGal
·
Koreksi
Tinggi Alat
yang dimaksud dengan tinggi alat
adalah jarak antara permukaan atas gravimeter dengan titik ukur. Adapun tujuan
dilakukan koreksi tinggi alat adalah agar pembacaan gravitasi disetiap titik
mempunyai posisi ketinggian yang sama dengan titik pengukuran dari hasil data
GPS. Koreksi tinggi alat ini selalu ditambahkan :
GSTH = GST + 0,308765 H
Keterangan :
GSTH = pembacaan percepatan gravitasi
terkoreksi pasang surut dan tinggi alat (mGal)
GST = pembacaan percepatan gravitasi
dalam mGal terkoresi pasang surut
H = tinggi alat (meter)
·
Koreksi
Pengaruh Pasang Surut
Koreksi ini dilakukan karena data
gravitasi yang terekam oleh alat dipengaruhi oleh gravitasi benda-benda diluar
bumi seperti bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan waktu. Untuk
mendapatkan nilai pasang surut ini maka, dilihatlah perbedaan nilai gravitasi
stasiun dari waktu ke waktu terhadap base. Gravitasi terkoreksi tidak dapat
ditulis sebagai berikut :
GST
= Gs - t
Keterangan
:
GST
= gravitasi terkoreksi pasang surut (tidal)
Gs
= gravitasi pada pembacaan alat
t
= nilai koreksi pasang surut (tidal)
·
Koreksi
Apung (Drift)
Karena adanya penyimpangan atau
guncangan pada alat sewaktu pengukuran dan dalam perjalanan memnungkinkan
bergesernya pembacaan titik nol dalam alat tersebut. Pergeseran titik nol ini
disebut Drift, dan besarnya adalah sebagai fungsi waktu. Koreksi drift
dilakukan dengan mengadakan pembacaan ulang pada titik ikat dalam satu loop,
sehingga dapat diketahui penyimpangannya (lihat gambar). Besarnya koreksi drift
pada tiap-tiap dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : Dn = Drift pada station ke – n
Gst(n) =
Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke – n
Gst(0) =
Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun awal
TN =
Waktu pengukuran stasiun akhir loop
T0 = Waktu pengukuran stasiun awal
Tn =
Waktu pengukuran stasiun ke – n
·
koreksi
lintang
Koreksi ini dilakukan
karena bentuk bumi tidak bulat sempurna tetapi dianggap berbentuk elips
sehingga jari-jari bumi tidak sama atau berbentuk pepat pada daerah ekuator dan
juga karena rotasi bumi. Hal tersebut membuat ada perbedaan nilai gravitisi
karena pengaruh lintang yang ada dibumi. Secara umum koreksi ini dapat ditulis
:
·
Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)
·
Koreksi
Bouger
Koreksi bouger dilakukan untuk
mengkompensasi pengaruh massa batuan terdapat antara stasiun pengukuran dan
(mean sea level) yang diabaikan pada koreksi udara bebas. Koreksi ini dapat
ditulis :
·
Koreksi
Medan (Terrain Correction)
Koreksi medan mengakomodir
ketidak teraturan pada topografi sekitar titik pengukuran. Pada saat
pengukuran, elevasi topografi disekitar titik pengukuran, biasanya dalam radius
dalam dan luar, diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai
berikut :
Interpretasi
Data
Dalam menentukan sebuah besaran
tertentu di aomali Bouguer yang telah diperolah, perlu adanya proses lanjutan
yaitu interpretasi terhadap data tersebut. Interpretasi gaya berat secara umum
dibedakan menjadi dua yaitu Interpretasi kualitatif dan kuantitatif.
a.
Interpretasi
Kualitatif
Interpretasi kualitatif dilakukan dengan mengamati
data gaya berat berupa anomali Bouguer. Anomali tersebut akan memberikan hasil
secara gelobal yang masih mempunyai anomali regional dan residual. Hasil
interpretasi data menafsirkan pengaruh anomali terhadap bentuk benda, tetapi
tidak smpai memperoleh besaran matematisnya. Misal pada peta anomali bouguer
diperoleh bentuk kontur tertutup maka dapat di tapsirkan sebagai struktur
batuan berupa lipatan (sinklin atau antiklin). Dengan interpretasi ini dapat
dilihat arah penyebaran anomali atau nilai anomali yang dihasilkan.
b.
Interpretasi
Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk memahami
lebih dalam hasil interpretasi kualitatif dengan membuat penampang gayaberat
pada peta kontur anomali. Teknik interpretasi kuantitatif mengasumsikan
distribusi rapat massa dan menghitung efek gayaberat kemudian membandingkan
dengan gayaberat yang diamati. Interpretasi kuantitatif pada penelitian
ini adalah analisis model bawah permukaan dari suatu penampang anomali Bouguer
dengan menggunakan metoda poligon yang diciptakan oleh Talwani. Metoda
tersebut telah dibuat pada software GRAV2DC.
Pemodelan
Pemodelan merupakan suatu proses
yang dilakukan untuk mendapatkan model bawah permukaan yang akan menggambarkan
distribusi rapat massa dan geometris bendanya pada kedalaman bervariasi didaerah
penelitian, dan biasanya disebut interpretasi kuantitatif.
a.
Permodelan
Kedepan (Forward Modelling)
Pemodelan dilakukan dengan cara mencoba-coba
parameter model benda anomali dengan bentuk sembarang dua dimensi sampai
diperoleh anomali gayaberat perhitungan yang paling sesuai atau mendekati
anomali pengamatan.
b.
Permodelan
Inversi (Inverse Modelling)
Pemodelan yang dimana parameter benda anomali
diperoleh secara langsung dari anomali gayaberat pengamatan atau data.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar