Geolistrik merupakan salah satu metoda
geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dengan
mempelajari sifat listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam metoda geolistrik dilakukan pengukuran beda potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat pengijeksian arus ke
dalam bumi. Data tersebut kemudian menjadi dasar untuk penginterpretasian
kondisi bawah permukaan. Alat yang digunakan dalam pengukuran geolistrik yaitu
resistivity meter.
Dalam metoda geolistrik terdapat
beberapa jenis konfigurasi berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda, yaitu:
(1) Konfigurasi Wenner, (2) Konfigurasi Schlumberger, (3) Konfigurasi
dipole-dipole, dan lain-lain. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Oleh karena itu, dalam melakukan pengukuran kita harus mengetahui dengan jelas
tujuan dari pengukuran yang dilakukan agar kita dapat memilih konfigurasi yang
cocok dan efisien untuk digunakan.
Metode geolistrik lebih efektif jika digunakan untuk
eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di
kedalaman lebih dari 1000 atau 1500 kaki. Keunggalan dari metode geolistrik ini
adalah peralatannya relative murah dibandingkan dengan metode lainnya, biaya survei
relatif murah, dan waktu yang dibutuhkan relative sangat cepat.
ΓΌ Metode Pengukuran Geolistrik
1. Konfigurasi
Wenner
Metode
ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner merupakan salah satu
konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan
jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a danr2= r3 =
2a). Jarak antara elektroda arus adalah tiga kalijarak elektroda potensial,
jarak potensial dengan titik souding-nya adalah a/2, maka jarak
masing-masing elektrodaarus dengan titik soundingnya adalah 3a/2.
Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a/2. Dalam
akuisisi data lapangan susunan elektrodaarus dan potensial diletakkan simetri
dengan titik sounding.
Pada
konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah
sama. Seperti yang tertera pada gambar 1.
Parameter yang di ukur :
1) Jarak
antara stasiun dengan elektroda-elektroda (jarak AM = BN = a dan
AN = BM = 2a)
2) Arus
(I)
3) Beda
potensial (ΔV)
Parameter yang dihitung:
1) Tahanan
jenis (R = V/I )
2) Faktor
geometrik ( K = 2πa )
2. Konfigurasi
Schlumberger
Prinsip
konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga
jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan
alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relative besar maka jarak MN hendaknya
dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB
seperti pada gambar 2. Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang
relative jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai
karakteristik high impedance dengan
mengatur tegangan minimal 4 atau 2 digit di belakang koma atau dengan cara
peralatan arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Keunggulan konfigurasi Schlumberger adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya
sifat tidak homogeny lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan
nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2 (Anonim,
2007).
Gambar 2. Konfigurasi
Schlumberger (Anonim, 2007)
Parameter yang di ukur :
4) Jarak
antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)
5) Arus
(I)
6) Beda
potensial (ΔV)
Parameter yang dihitung:
4) Tahanan
jenis (R = V/I )
6) Resistivitas
semu ( )
Analisis data dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
1) Matching Curve
Teknik
Matching Curve merupakan suatu bagian
dari proses penginterpretasian secara Vertical
Elektric Sounding (VES) yang diperoleh data berupa horizontal. Metoda ini
melibatkan suatu perbandingan dari pengukuran kurva dengan beberapa kurva induk. Teknik kurva
penafsiran untuk interpretasi Schlumberger kurva VES menggunakan Ebert Garph seperti pada gambar 3 dan
dua lapisan kurva induk seperti pada gambar 4.
Gambar
3. Macam-macam tipe Anulari Graph (Ebert Garph) (Patra, H.P dan Nath, S.K.,
1999)
Gambar
4. Rangkaian Teori Master Curves (Patra, H.P dan Nath, S.K., 1999)
2) Software IPI2win
IPI2win
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi sesuai dengan kurva
pendugaan yang dihasilkan.
3. Konfigurasi
Dipole-pole
Metode geolistrik
resistivitas konfigurasi dipole-dipole dapat diterapkan untuk tujuan
mendapatkan gambaran bawah permukaan pada obyek yang penetrasinya relatif lebih
dalam dibandingkan dengan metode sounding lainnya seperti konfigurasi
wenner dan konfigurasi schlumberger. Metode ini sering digunakan dalam
surveisurvei resistivitas karena rendahnya efek elektromagnetik yang
ditimbulkan antara sirkuit arus dan potensial (Loke, 1999).
Susunan elektroda
konfigurasi dipole-dipole dapat dilihat pada gambar …… Spasi antara dua
elektroda arus dan elektroda potensial sama yaitu a. Konfigurasi ini
mempunyai faktor lain yaitu n yang merupakan rasio jarak antara
elektroda C1 dan P1 ke C2 – C1 atau P1 – P2 dengan jarak pisah a.
Pengukuran ini dilakukan
dengan memindahkan elektroda potensial pada suatu penampang dengan elektroda
arus tetap, kemudian pemindahan elektroda arus pada spasi n berikutnya
diikuti oleh pemindahan elektroda potensial sepanjang penampang seterusnya
hingga pengukuran elektroda arus pada titik terakhir di penampang itu. Konfigurasi
dipole mempunyai dua bagian utama ‘Current Dipole’ (AB) dan ‘PotentialDipole’
(MN), yang letaknya tidak segaris dan simetris.
Gambar 5. Elektroda dan potensial pada
konfigurasi dipole-dipole (Reynolds, 1997)
Nilai
resistivitas semu dari konfigurasi dipole-dipole adalah
Dengan
K = n(n + 1)(n + 2) πa
DAFTAR
PUSTAKA
Wijaya A.S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS
Surabaya. Surabaya
Broto Sudaryo, dkk.
2008. Pengolahan Data Geolistrik dengan
Metode Schlumberger. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UNDIP.
____ . 2007. Geolistrik.
http://www.w3.org/TR/xhtml1-transitional.dtd
.(Online, diakses pada tanggal 25 Maret 2017)
Asisten Geofisika.
2006. Praktikum Geofisika. Lab.
Geofisika Fakultas Teknologi Mineral UPN: Yogyakarta
Sunaryo, dkk. 2003. Penentuan Lapisan Aquifer dengan Metode
Geolistrik Resistiveitas di Desa Tempuran, Jatilangkung dan Awang-awang, Kec.
Pungging, Kab. Mojokerto. UNIBRAW: Malang
Patra, H.P dan Nath,
S.K., 1999. Schlumberger Geoelectric
Sounding In Groundwater. Departement of Geology & Geophysics, Indian
Institute of Technology: Kharagpur West Bengal India.
Effendy, V.N. 2012. Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi
Dipole-Dipole untuk Mendeteksi Mineral Mangan (Physical Modeling). Universitas
Jember
Reynolds,
J.M. 1997. An Introduction to Applied and Enviromental Geophysics.
NewYork : John Wiley& Sons.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar