GDalam
survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara
garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan
medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar
terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta
berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk
diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan
magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah
medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya.
Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976)
1. Metode
Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling
utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk
mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah
Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat
medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei
magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunakan untuk mengukur posisi titik pengukuran yang
meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu.
Beberapa peralatan penunjang lain yang
sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
·
Kompas geologi, untuk mengetahui arah
utara dan selatan dari medan magnet bumi
·
Peta topografi, untuk menentukan rute
perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
·
Buku kerja, untuk mencatat data-data
selama pengambilan data
·
PC atau laptop dengan software seperti
Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
2. Pengolahan
Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai
anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data
medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau
stasiun pengukuran, yang mencakup
koreksi harian, IGRF, dan topografi.
3. Reduksi
ke Bidang Data
Untuk mempermudah
proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka data anomali medan
magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke
bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses
pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik untuk mentransformasi data
anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain :
·
Teknik sumber ekivalen (equivalent source)
·
Teknik lapisan ekivalen (equivalent
layer)
·
Pendekatan deret Taylor (Taylor series
approximaion),
dimana setiap teknik mempunyai kelebihan
dan kekurangan (Blakely, 1995).
4. Pengangkatan
ke Atas
Pengangkatan ke atas
atau upward continuation merupakan
proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang
datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini
dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu untuk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik
yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses
pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali
magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang
menjadi target survei magnetik ini.
Konsep dasar pengangkatan
ke atas berasal dari identitas ketiga teorema
Green. Teorema ini menjelaskan, bahwa apabila suatu fungsi U adalah
harmonik, kontinu dan mempunyai turunan yang kontinu di sepanjang daerah R,
maka nilai U pada suatu titik P di dalam daerah R dapat diketahui dirumuskan
melalui persamaan (1) sebagai berikut:
dengan: S = permukaan daerah R
n = arah normal keluar
r = jarak dari titik P ke suatu titik
pada permukaan S.
Gambar 1. Kontinuasi ke atas dari
permukaan horisontal
5. Koreksi
Efek Regional
Dalam banyak kasus,
data anomali medan magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi
atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di
bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik
regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang
menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek
anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk memperoleh anomali
regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian
tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan
tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih
tinggi.
6. Interpretasi
Data Geomagnet
Secara umum
interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi
dua, yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi
kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber
dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah
permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan
ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi
benda magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap
keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi
kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda
anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi
kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin
berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai
dan ketelitian hasil pengukuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar