GEODINAMIKA
Menurut D.L.
Turcotte dan G. Schubert (2002), geodinamika adalah studi tentang proses-proses
dasar fisika untuk memahami lempengan tektonik dan berbagai fenomena geologi.
Geodinamika
berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh
gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti
kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisme, gerak-gerak litosfir akibat adanya
arus konveksi, gempa bumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan, pengendapan,
dan pegunungan.
Teori Dinamika Bumi
A. Teori
Continental Drift (1915)
Ahli
metereologi Jerman, Alfred Wegener menyatakan bahwa benua terdiri atas batuan
sial (silisium aluminium), yang terapung pada batuan sima (silisium magnesium)
yang lebih besar berat jenisnya. Benua itu bergerak menuju khatulistiwa dan ke
bagian barat. Pada zaman karbon diduga hanya ada satu benua, yaitu PANGEA. Benua Pangea kemudian pecah dan
terbentuklah daratan Gondwana (<200 jt thn) setelah zaman karbon. Dalam (180
jt thn) terakhir Gondwana terurai. Mula-mula terpisah menjadi Kutub Selatan dan
Benua Australia, kemudian Benua Amerika dan Afrika, akhirnya Greendland dan
Benua Eropa.
Teori
ini didukung oleh beberapa bukti yaitu:
1.
Kecocokan/kesamaan garis pantai
2.
Persebaran fosil
3.
Kesamaan jenis batuan
4.
Bukti iklim purba
5.
Pengapungan benua dan paleomagnetisme
B. Teori
Tektonik Lempeng
Teori
Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift)
yang dikemukakan Alfred Wegener (1912), dan dikembangkan lagi dalam bukunya
“The Origin of Continents and Oceans” (1915). Ia mengemukakan bahwa benua-benua
yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga
melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari
granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat. Teori ini mengatakan bahwa kerak-kerak bumi tidak bersifat
permanen, tetapi bergerak secara mengapung, mulai diperkenalkan pada awal abad
ke-20. Setelah melalui berbagai perdebatan selama beberapa tahun, teori ini
awalnya ditolak oleh sebagian besar ahli ilmu bumi. Namun, selama periode tahun
1950-an hingga 1960-an banyak bukti-bukti yang ditemukan oleh para peneliti
yang mendukung teori tersebut, sehingga teori yang sudah pernah ditinggalkan
ini mulai diperhatikan kembali. Pada tahun 1968, teori tentang kontinen
mengapung telah diterima secara luas, dan selanjutnya disebut Teori Tektonik
Lempeng “Plate Tectonic”.
Teori
tektonik lempeng mempelajari hubungan antara deformasi dengan keberadaan dan
pergerakan lempeng di atas mantel atas yang plastis.
C. Jenis-jenis
Batas Lempeng
a. Divergen
Lempeng-lempeng
bergerak saling menjauh, menyebabkan naiknya material dari mantel bumi dan
membentuk lantai samudera baru yang luas. Contoh: Mid Oceanic Ridges yang
berada di dasar samudra Atlantik, dan rifting yang terjadi antara benua Afrika
dengan Jazirah Arab yang membentuk Laut Merah.
Pada
lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya
lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang
saling menjauh tersebut.
Pematang
Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang
paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik,
membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
b. Konvergen
KonvergenTerjadi
apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another). Lempeng-lempeng bergerak saling mendekat.
Wilayah
dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng
samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman
inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit
samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
a) Subduksi
(Subduction)
Lempeng
benua dengan lempeng samudera. Pada peristiwa ini, lempeng samudera menunjam ke
bawah dengan sudut 45° atau lebih, menyusup di bawah lempeng benua. Contoh:
palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara
Timur akibat tumbukan antara lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra
Hindia–Australia.
b) Obduksi
(Obduction)
Kenampakan
dimana kerak benua menunjam di bawah kerak samudera. Ada beberapa hipotesis
tentang mula terjadi obduksi, yang paling memungkinkan adalah bahwa diawali
oleh penunjaman kerak samudera dengan kerak benua di belakangnya. Penunjaman
bisa terjadi karena perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen.
Kelanjutan penunjaman membawa kerak benua berbenturan dengan kerak samudera dan
pada awalnya, kerak samudera naik ke atas kerak benua, sebelum akhirnya
penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat lain yang dapat
mengakomodasi konvergensi antar lempeng.
c) Collision
Lempeng
benua bertemu dengan lempeng benua. Kedua lempeng tersebut tidak ada yang
tertunjam karena keduanya memiliki massa jenis yang sama, hal ini mengakibatkan
pembentukan pegunungan lipatan yang biasanya sangat tinggi. Contoh : pegunungan
Himalaya yang diakibatkan interaksi antara lempeng Eurasia dengan India.
c. Transform
Lempeng-lempeng
bergerak saling berpapasan, tanpa membentuk atau merusak litosfir, menghasilkan
suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh : sesar San Andreas di
Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan
lempeng benua Amerika Utara.
Gambar
tipe-tipe batas lempeng
Studi Geodinamika Indonesia
Secara geografis Indonesia terletak di daerah
khatulistiwa yang diapit Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, serta Benua Asia
dan Australia. Indonesia terletak pada tiga lempeng besar, yaitu lempeng
Eurasia, India-Australia, dan Lempeng Filipina-Pasifik. Halmahera terletak pada
lempeng Halmahera sebagai bagian dari lempeng Filipina-Pasifik. Bagian selatan
Papua terletak pada lempeng Australia sedangkan bagian utara pada lempeng
Pasifik. Lempeng India-Australia dan lempeng Pasifik merupakan lempeng oseanik
yang menunhang masuk ke bawah lempeng kontinen Eurasia.
DAFTAR
PUSTAKA
Sapiie
Benyamin, 2006. GL-1211 GEOLOGI FISIK. Bandung:
ITB
HMG
UNPAD, 2010. GEOLOGI DASAR. UNPAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar