BUMI
A. Bentuk
dan Rupa Bumi
Menurut
ekspedisi ilmiah di Prancis mengungkapkan bahwa bumi tidak bulat sempurna. Garis tengah ekuator lebih panjang dari garis
tengah antara dua kutub. Dengan
menggunakan satelit terlihat lebih nyata bahwa bagian Kutub Utara menjorok
keluar, sedangkan bagian Kutub Selatan masuk ke dalam. Mirip bentuk buah apel.
Thales
mengatakan bumi terapung di lautan.
Anaximer
berpendapat bahwa bumi berbentuk silinder dan melayang di langit yang bulat.
Phytagoras
dan para penganutnya sebagai ahli matematika memikirkan bumi sebagai bulatan
yang tentunya mempunyai bentuk simetris.
Pada
tahun 1591 Magelhaens berlayar mengelilingi bumi. Dengan adanya foto satelit
dan manusia yang dapat mengamati dari satelit di angkasa maka sekarang jelaslah
bahwa bumi kita berbentuk bulat. Namun tidaklah sebulat bentuk sebuah bola.
Newton
menduga akibat perputaran pada sumbunya, maka bumi tidak berbentuk bulat
sempurna melainkan berbentuk elipsoid. Mendatar pada kutub-kutubnya dan lebih
cembung di khatulistiwa. Dugaan ini diperkuat oleh pengamatan terhadap
benda-benda angkasa dengan teropong bintang.
B. Struktur
bumi
Secara umum, bumi terdiri
dari daratan (benua, pulau-pulau, lembah-lembah, dan pegunungan) serta lautan
(lembah, palung, dan pegunungan bawah laut). Puncak gunung tertinggi 8,850 m
dpl (Mount Everest, Pegunungan Himalaya), sedangkan palung yang terdalam mencapai
kedalaman 11.033 m di bawah permukaan laut (Palung Mariana).
Susunan interior
bumi diketahui berdasarkan informasi seismologi. Berdasarkan penyelidikan H.
Jeffreys dan K. E. Bullen (1932-1942) yang mengacu pada penyelidikan E. Wiechert (1890-an)
dengan menggunakan cepat rambat gelombang P dan S, didefinisikan pembagian
bentuk dalam (lapisan-lapisan) dari interior bumi.
Struktur dalam bumi dibedakan secara
komposisi dan rheologi.
a.
Struktur dalam bumi berdasarkan
komposisinya:
1.
Inti bumi (Core)
Terletak mulai dari kedalaman 2.883 km
sampai ke pusat bumi. Densitasnya berkisar dari 9,5 gr/cc di dekat mantel dan
membesar kea rah pusat hingga 14,5 gr/cc. Berdasarkan besarnya densitas ini,
inti bumi diperkirakan memiliki campuran dari unsur-unsur yang memiliki
densitas besar, yaitu Nikel (Ni) dan besi (Fe). Oleh karena itu, inti bumi juga
sering disebut sebagai lapisan Nife.
·
Inti dalam (inner core)Kedalaman 5.140-6.371
km. Berfasa padat, berat, dan sangat panas.
·
Inti luar (outer core)Kedalaman 2.883-5.140
km. Berfasa cair dan sangat panas.
2.
Mantel (Mantle)
Merupakan lapisan yang menyelubungi inti
bumi. Merupakan bagian terbesar dari bumi, 82.3 % dari volume bumi dan 67.8 %
dari massa bumi. Ketebalannya 2.883 km. Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc di
dekat inti dan 3.3 gr/cc di dekat kerak bumi.
3.
Kerak bumi (Crust)
Merupakan lapisan terluar yang tipis,
terdiri batuan yang lebih ringan dibandingkan dengan batuan mantel di bawahnya.
Densitas rata-rata 2.7 gr/cc. Ketebalannya tidak merata, perbedaan ketebalan
ini menimbulkan perbedaan elevasi antara benua dan samudera. Pada daerah
pegunungan ketebalannya > 50 km dan pada beberapa samudera < 5 km.
berdasarkan data kegempaan dan komposisi material pembentuknya, para ahli
membagi menjadi kerak benua dan kerak samudera.
·
Kerak benua, terdiri dari batuan granitik,
ketebalan rata-rata 45 km, berkisar antara 30–50 km. Kaya akan unsur Si dan Al,
maka disebut juga sebagai lapisan SiAl.
·
Kerak samudera, terdiri dari batuan
basaltik, tebalnya sekitar 7 km. Kaya akan unsur Si dan Mg, maka disebut juga
sebagai lapisan SiMa.
b.
Bumi berdasarkan kajian rheologi:
1.
Mesosfir
Lapisan padat dalam
mantel yang memiliki kekuatan relatif tinggi dinamakan mesosfir (lapisan
menengah, intermediate or middle sphere). Lapisan ini terletak antara batas
inti dan mantel (kedalaman 2.883 km) hingga kedalaman sekitar 350 km.
2.
Astenosfir
Lapisan mantel
bagian atas, pada kedalaman antara 350 km – 100 km di bawah permukaan bumi,
adalah lapisan yang dinamakan asthenosphere (lapisan lemah, weak sphere). Keseimbangan
suhu dan tekanan di sini sedemikian rupa sehingga menjadikan materialnya dalam
keadaan mendekati titik leburnya.Para ahli geologi menyatakan bahwa batuan di
mesosfir dan astenosfir mempunyai komposisi yang sama. Perbedaan satu-satunya
hanyalah pada sifat fisiknya, kekuatan.
3.
Litosfir
Terletak di atas
astenosfir, lapisan setebal 100 km dari permukaan bumi ini merupakan lapisan
yang batuannya lebih dingin, lebih kuat, dan lebih kaku (rigid) dibandingkan
astenosfir yang plastis. Lapisan terluar yang keras ini meliputi mantel bagian
atas dan seluruh kerak bumi. Komposisi kerak dan mantel memang berbeda, namun
yang membedakan litosfir dan astenosfir adalah kuat batuan (rock strength),
bukanlah komposisinya.
C. Bidang
Diskontinuitas
Bidang-bidang
diskontinu:
a.
Bidang Moho
Seorang ahli seismologi Yugoslavia, Andrija
Mohorovicic, mempelajari data gempa dan menjumpai kecepatan gelombang gempa
yang naik dengan tiba-tiba di bawah kedalaman 50 km. Bidang batas perubahan
atau bidang diskontinuitas ini ternyata merupakan bidang batas antara lapisan
kerak bumi dan mantel atas. Maka, bidang batas ini dikenal dengan sebutan
Bidang Mohorovicic atau Bidang Moho.
b.
Bidang Gutenberg
Beberapa tahun kemudian, seorang ahli gempa
Jerman, Beno Gutenberg, menemukan batas lain. Bidang dimana gelombang P
dibelokkan, atau bidang antara mantel dengan inti bumi disebut bidang
diskontinu Gutenberg atau bidang Gutenberg
DAFTAR
PUSTAKA
Sapiie
Benyamin, 2006. GL-1211 GEOLOGI FISIK. Bandung:
ITB
HMG
UNPAD, 2010. GEOLOGI DASAR. UNPAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar