Sabtu, 29 Oktober 2016

BUMI DAN TATA SURYA

BUMI

A.  Bentuk dan Rupa Bumi

Menurut ekspedisi ilmiah di Prancis mengungkapkan bahwa bumi tidak bulat sempurna. Garis tengah ekuator lebih panjang dari garis tengah antara dua kutub. Dengan menggunakan satelit terlihat lebih nyata bahwa bagian Kutub Utara menjorok keluar, sedangkan bagian Kutub Selatan masuk ke dalam. Mirip bentuk buah apel.

Thales mengatakan bumi terapung di lautan.

Anaximer berpendapat bahwa bumi berbentuk silinder dan melayang di langit yang bulat.

Phytagoras dan para penganutnya sebagai ahli matematika memikirkan bumi sebagai bulatan yang tentunya mempunyai bentuk simetris.

Pada tahun 1591 Magelhaens berlayar mengelilingi bumi. Dengan adanya foto satelit dan manusia yang dapat mengamati dari satelit di angkasa maka sekarang jelaslah bahwa bumi kita berbentuk bulat. Namun tidaklah sebulat bentuk sebuah bola.

Newton menduga akibat perputaran pada sumbunya, maka bumi tidak berbentuk bulat sempurna melainkan berbentuk elipsoid. Mendatar pada kutub-kutubnya dan lebih cembung di khatulistiwa. Dugaan ini diperkuat oleh pengamatan terhadap benda-benda angkasa dengan teropong bintang.

B.  Struktur bumi

Secara umum, bumi terdiri dari daratan (benua, pulau-pulau, lembah-lembah, dan pegunungan) serta lautan (lembah, palung, dan pegunungan bawah laut). Puncak gunung tertinggi 8,850 m dpl (Mount Everest, Pegunungan Himalaya), sedangkan palung yang terdalam mencapai kedalaman 11.033 m di bawah permukaan laut (Palung Mariana).

Susunan interior bumi diketahui berdasarkan informasi seismologi. Berdasarkan penyelidikan H. Jeffreys dan K. E. Bullen (1932-1942) yang mengacu pada penyelidikan E. Wiechert (1890-an) dengan menggunakan cepat rambat gelombang P dan S, didefinisikan pembagian bentuk dalam (lapisan-lapisan) dari interior bumi.

Struktur dalam bumi dibedakan secara komposisi dan rheologi.

a.    Struktur dalam bumi berdasarkan komposisinya:

1.    Inti bumi (Core)

Terletak mulai dari kedalaman 2.883 km sampai ke pusat bumi. Densitasnya berkisar dari 9,5 gr/cc di dekat mantel dan membesar kea rah pusat hingga 14,5 gr/cc. Berdasarkan besarnya densitas ini, inti bumi diperkirakan memiliki campuran dari unsur-unsur yang memiliki densitas besar, yaitu Nikel (Ni) dan besi (Fe). Oleh karena itu, inti bumi juga sering disebut sebagai lapisan Nife.

·    Inti dalam (inner core)Kedalaman 5.140-6.371 km. Berfasa padat, berat, dan sangat panas.

·    Inti luar (outer core)Kedalaman 2.883-5.140 km. Berfasa cair dan sangat panas.

2.    Mantel (Mantle)

Merupakan lapisan yang menyelubungi inti bumi. Merupakan bagian terbesar dari bumi, 82.3 % dari volume bumi dan 67.8 % dari massa bumi. Ketebalannya 2.883 km. Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc di dekat inti dan 3.3 gr/cc di dekat kerak bumi.

3.    Kerak bumi (Crust)

Merupakan lapisan terluar yang tipis, terdiri batuan yang lebih ringan dibandingkan dengan batuan mantel di bawahnya. Densitas rata-rata 2.7 gr/cc. Ketebalannya tidak merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan perbedaan elevasi antara benua dan samudera. Pada daerah pegunungan ketebalannya > 50 km dan pada beberapa samudera < 5 km. berdasarkan data kegempaan dan komposisi material pembentuknya, para ahli membagi menjadi kerak benua dan kerak samudera.

·    Kerak benua, terdiri dari batuan granitik, ketebalan rata-rata 45 km, berkisar antara 30–50 km. Kaya akan unsur Si dan Al, maka disebut juga sebagai lapisan SiAl.

·    Kerak samudera, terdiri dari batuan basaltik, tebalnya sekitar 7 km. Kaya akan unsur Si dan Mg, maka disebut juga sebagai lapisan SiMa.

b.    Bumi berdasarkan kajian rheologi:

1.    Mesosfir

Lapisan padat dalam mantel yang memiliki kekuatan relatif tinggi dinamakan mesosfir (lapisan menengah, intermediate or middle sphere). Lapisan ini terletak antara batas inti dan mantel (kedalaman 2.883 km) hingga kedalaman sekitar 350 km.

2.    Astenosfir

Lapisan mantel bagian atas, pada kedalaman antara 350 km – 100 km di bawah permukaan bumi, adalah lapisan yang dinamakan asthenosphere (lapisan lemah, weak sphere). Keseimbangan suhu dan tekanan di sini sedemikian rupa sehingga menjadikan materialnya dalam keadaan mendekati titik leburnya.Para ahli geologi menyatakan bahwa batuan di mesosfir dan astenosfir mempunyai komposisi yang sama. Perbedaan satu-satunya hanyalah pada sifat fisiknya, kekuatan.

3.    Litosfir

Terletak di atas astenosfir, lapisan setebal 100 km dari permukaan bumi ini merupakan lapisan yang batuannya lebih dingin, lebih kuat, dan lebih kaku (rigid) dibandingkan astenosfir yang plastis. Lapisan terluar yang keras ini meliputi mantel bagian atas dan seluruh kerak bumi. Komposisi kerak dan mantel memang berbeda, namun yang membedakan litosfir dan astenosfir adalah kuat batuan (rock strength), bukanlah komposisinya.

C.  Bidang Diskontinuitas

Bidang-bidang diskontinu:

a.    Bidang Moho

Seorang ahli seismologi Yugoslavia, Andrija Mohorovicic, mempelajari data gempa dan menjumpai kecepatan gelombang gempa yang naik dengan tiba-tiba di bawah kedalaman 50 km. Bidang batas perubahan atau bidang diskontinuitas ini ternyata merupakan bidang batas antara lapisan kerak bumi dan mantel atas. Maka, bidang batas ini dikenal dengan sebutan Bidang Mohorovicic atau Bidang Moho.

b.    Bidang Gutenberg

Beberapa tahun kemudian, seorang ahli gempa Jerman, Beno Gutenberg, menemukan batas lain. Bidang dimana gelombang P dibelokkan, atau bidang antara mantel dengan inti bumi disebut bidang diskontinu Gutenberg atau bidang Gutenberg

DAFTAR PUSTAKA

Sapiie Benyamin, 2006. GL-1211 GEOLOGI FISIK. Bandung: ITB

HMG UNPAD, 2010. GEOLOGI DASAR. UNPAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GEOWUMU

Proses Pembentukan Tanah

Proses terbentuknya tanah sangat berkaitan dengan  faktor pembentuk tanah . Dimana faktor pembentuk tanah akan mempengar...